Selasa, 29 April 2014

DESAINSTUDIO.COM

DESAINSTUDIO.COM


Wawancara dengan Andy Aw Masry (Type Designer)

Posted: 28 Apr 2014 06:00 PM PDT

 

Hampir semua orang pernah menggunakan font dan mengetahui apa itu font. Namun sayangnya, tidak banyak yang tertarik untuk menggeluti bidang perancangan huruf dan pembuatan font. Alasannya mungkin sederhana, karena ketidaktahuan tentang bagaimana memulai dan bagaimana prospek yang ditawarkan dari segi material.

Kali ini, Desain Studio beruntung bisa berbincang-bincang dengan salah type designer paling sukses dari Indonesia yaitu Bapak Andy Aw Masry. Beliau bergelut dan concern di bidang perancangan huruf dan saat ini tergabung sebagai salah satu type designer di Linotype, salah satu type foundry paling berpengaruh di dunia, Dalam wawancara ini, Pak Masry akan berbagi wawasan tentang dunia huruf dan font, termasuk ilmu dan proses tentang bagaimana membuat font yang berkualitas.

Selamat membaca!


Coomeec Pro


Halo Pak Masry, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk diwawancara di Desain Studio. Bisa tolong perkenalkan diri ke pembaca?, siapa dan apa yang Bapak kerjakan.

Saya berasal dari Pinrang, sebuah kota kecil, sekitar 400 km dari kota Makassar Sulawesi Selatan. Saya menempuh pendidikan dasar dan menengah di kota ini dan kemudian pendidikan tinggi di kota Makassar. Saat ini saya memimpin sebuah perusahaan swasta, PT. Archipelago Nine Tech, yang bergerak di bidang manajemen, photography, graphic design dan printing.


Bagaimana ceritanya sehingga bisa terjun menekuni bidang tipografi dan perancangan huruf?

Prosesnya mengalir cukup panjang hingga akhirnya "kecebur" mendalami dunia type design (perancangan huruf) saat ini. Secara alami Saya mengenal typography sejak masih usia belia.

Di Sekolah Dasar, kami belajar "tulisan indah", sebuah pelajaran tulisan bersambung di atas kertas bergaris. Ini salah satu pelajaran yang paling saya gemari selain menggambar dan matematika. Tulisan saya selalu mendapat nilai tertinggi mungkin karena tampak lebih rapi dibanding teman-teman saya yang "cakar ayam" :-)

Selain itu, kerap kali saya menemani Ayah dan ikut belajar membuat huruf dari guntingan kertas. Ayah saya yang sangat piawai membuat huruf dari kertas hingga relief di atas beton. Di sini saya belajar bahwa setiap huruf memiliki komposisi ukuran tertentu sehingga enak dibaca. Misalnya huruf "A" memiliki perbandingan lebar dan tinggi 3:7 (huruf tampak lebih kurus) atau 3:5 (huruf tampak lebih lebar) dan sebagainya. Di kemudian hari, ketika memasuki dunia Perancangan Huruf (type design) saya menyadari bahwa proses pembelajaran dari Ayah adalah sebuah pelajaran dasar yang sangat berharga. Perkembangan dunia type design modern saat ini ternyata tidak jauh berbeda dengan metode Beliau. Setidaknya jika kita merujuk pada buku Prof. Karen Cheng, Designing Type, yang berbicara banyak tentang antologi design glyph serif dan sans serif pada berbagai karya typeface terkenal dari masa ke masa.

Di jaman SMA dan kuliah, sebetulnya hobby saya menggambar, namun entah bagaimana selalu kebagian tugas membuat spanduk dan baliho selama aktif di organisasi intra sekolah atau kampus. Dalam rentang waktu ini pula aktifitas dan kegemaran menjadi lebih luas seperti photography, jurnalistik dan belajar dasar-dasar kaligrafi arab bahkan sempat mengikuti lomba calligraphy di sebuah perguruan tinggi setempat dan menang. Waktu itu komputer masih jaman "DOS", belum secanggih sekarang.

Aktifitas jurnalistik kampus kemudian membawa saya pada desain grafis dan layout koran kampus. Sayangnya, tidak ada gurunya jadi harus belajar sendiri dari refensi terbatas. Saat itu,  saya mengelola koran di Senat Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Tamalanrea Pos), dan juga aktif menulis di koran Mahasiswa Fakultas Teknik (Channel-9). (Tulisan Channel-9 ini menjadi cikal bakal huruf Creator Campotype).



Semua mata rantai pengalaman itu kemudian menjadi energi positif ketika beberapa tahun kemudian saya mendalami dunia graphic design dan type design. Type design bagi saya adalah passion, seperti melakoni hobby lain yang sangat menyenangkan. Seperti orang yang kecanduan main game. Jalani saja, tidak peduli hasilnya, yang penting senang. :-)


Geegantic

Geegantic

Bagaimana peluang berkarir sebagai type designer menurut Bapak?

Bagi orang awam, aktifitas perancangan huruf mungkin tampak sia-sia. Ini bukan karir, buang-buang waktu saja. Bagaikan ngecat es, nggak ada gunanya. Bukankah huruf sudah banyak sekali? Lagipula siapa yang butuh huruf sebanyak itu? Bagi akademisi, mungkin sudah cukup dengan Arial, times New Roman, Verdana, Tahoma dan sekarang Calibri (huruf bawaan windows).

Sekilas memang tampak seperti itu. Namun beberapa hal berikut mungkin bisa mengubah pandangan stereotip itu. Pertama, huruf atau biasa dikenal dengan font, adalah sebuah software berukuran sangat kecil yang bisa berdiri sendiri sebagai software font dan bisa ditanamkan ke dalam operating system (windows, Mac, Linux, dll), serta bisa juga ditanam ke dalam printer postscript atau pada hardware masa kini seperti perangkat elektronik di mobil, pesawat terbang, alat-alat kedokteran, dan berbagai macam mesin moderen. Kedua, sebagai software, font adalah sebuah produk knowledge sebagaimana software umum lainnya yang penggunaannya oleh pihak lain membutuhkan lisensi terbatas. Terkait dengan hal pertama di atas, maka oleh beberapa vendor besar, jenis lisensi sedikitnya dibagi menjadi lima yaitu lisensi desktop (dikaitkan dengan jumlah pengguna), lisensi web (untuk web font, nilainya sama dengan desktop), lisensi app (font yang ditanamkan ke dalam aplikasi, nilainya 10 kali desktop), lisensi e-book (font yang digunakan untuk pembuatan e-book, nilainya 2 kali desktop), dan lisensi server (font yang ditanamkan ke dalam server dan hadrware lainnya, nilainya 10 kali desktop). Ketiga, setiap penjualan lisensi font pada satu pengguna, tidak mengurangi nilai penjualan lisensi berikutnya pada pengguna lainnya. Dengan kata lain lisensi dijual berkali-kali tanpa batas kepada pengguna berbeda. Artinya, penjualan lisensi ibarat mata air yang pernah kering. Keempat, sebagaimana software pada umumnya penggunaan fonts tanpa lisensi resmi, adalah bajakan. Font, apalagi dengan ukuran software kecil, tentu saja sangat rawan dibajak. Pengguna di Eropa dan Amerika umumnya sangat menghargai Intellectual Property Right, Hak Kekayaan Intelektual, dengan membayar lisensi sebelum menggunakan software termasuk font. Bagaimana dengan di Indonesia? Analisisnya begini, pada satu sisi sangat banyak orang di Indonesia mempunyai atau memiliki uang untuk membeli handphone dengan harga di atas US$ 100. Pada sisi lain harga font umumnya di bawah US$ 100 atau US$50. Artinya Orang Indonesia memiliki kemampuan bayar secara merata. Jika kemampuan bayar orang Indonesia dikonversi menjadi mental kemauan bayar, maka tidak diragukan lagi pasar font di Indonesia saja bisa membuat profesi type designer sangat menjanjikan.

Sebagai ilustrasi, semua font gratis saya di internet telah di-download lebih satu juga pengguna. Jika itu dihargai US$1 saja. Maka saya akan menjadi salah satu milioner di tanah air dengan masa depan paling cerah J. Masalahnya apakah pengguna di tanah air benar-benar mencintai produk dalam negeri?

Dari semua itu dapat dikatakan peluang berkarir sebagai type designer terbuka sangat luas. Apalagi itu dapat dianggap kerja sambilan. Investasi termahal bagi type designer justru adalah waktu. Rancangan awal font hingga bisa digunakan bisa selesai dalam beberapa hari, namun Sebuah font yang baik bisa saja diselesaikan berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan tahun.


Bisa ceritakan sedikit tentang proses perancangan huruf? Bagaimana memulai dan apa-apa saja yang dibutuhkan baik secara pemahaman, skill, maupun teknis?

Proses perancangan huruf. Passion saya adalah Calligraphy, artinya rancangan pada semua jenis style (Serif, sans serif dan script) dilakukan dengan pendekatan calligraphy. Namun secara garis besar untuk menyelesaikan satu set huruf melalui beberapa tahap. Pertama, perancangan outline, berupa gambar-gambar glyph dari A-Z, a-z, diacrytic, simbol-simbol, jika memungkinkan ornamen-ornamen dan sebagainya. Untuk pengguna di Indonesia hanya butuh standar codepage yang memuat 256 karakter. Codepage adalah sebuah set karakter dalam bentuk template dengan jumlah glyph tertentu yang dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan bahasa sebuah atau beberapa negara.


Perancangan gambar outline dilakukan langsung di dalam Outline editing software seperti fontlab, fontographer, DTL font master, Glyph dan lain-lain. Namun bisa juga pada software vector seperti Corel Draw dan Adobe Illustrator. Namun bisa juga digambar di kertas kemudian di-scanning dan tracing. Paling baik tracing di Adobe Illustrator sebelum dikonversi ke dalam fontlab dan lain-lain.

design glyphs

Kedua, proses kerning, yaitu pengaturan jarak optis antar glyph hingga mencapai komposisi yang seimbang ketika huruf disusun di dalam serangkaian text. Contoh, jarak antar huruf pada pasangan huruf AMAHIN bisa saja sama dengan AVAWATALYA, namun secara optis tampak berbeda sehingga butuh proses kerning, seperti AVA dibuat lebih rapat dibanding AMA dan sebagainya.

kerning

Ketiga, proses hinting. Secara harfiah hinting berarti isyarat. Dalam hal ini kita memberi isyarat pada outline berupa tanda hinting yang nantinya sangat bermanfaat membuat font tampil lebih halus dan rapi di layar komputer. Hinting dikenal dua macam, yaitu TT-hinting untuk font berjenis True Type (microsoft) dan T1-hinting atau postscript hinting untuk font berjenis Type-1 (Mac) dan Opentype (Mac dan Microsoft). Keduanya sangat berbeda pada penerapan dan hasilnya. Proses hinting dapat dilakukan di dalam fontlab atau menggunakan software gratis dari Adobe, AFDKO (Adobe Font Development Kit for Opentype). AFDKO sendiri adalah software berbasis command prompt. Tidak untuk mengedit outline namun sangat baik dalam hinting dan merender master design font menjadi software. Hinting membutuhkan ketelitian, waktu dan tentu saja kesabaran. Namun ada solusi lain di fontlab yaitu autohinting meski hasilnya tidak seakurat yang diinginkan.

hinting

Pada gambar menunjukkan proses hinting postscript. Sistem ini akan mempertahankan node seperti aslinya ketika glyph dibuka oleh software aplikasi vector.


Keempat, scripting, yaitu penulisan script kode program menggunakan bahasa python. Bermanfaat untuk memberi perilaku terutama pada font bergenre opentype sehingga bisa mengatur sistem angka, stylistic, ligature, smallcapital, contextual alternate dan sebagainya.

script code

Kelima, font header. Ini adalah treatment khusus untuk menentuan header font sehingga nantinya bisa dikenali oleh semua medium dimana font akan di tanamkan. Font header, di fontlab bisa ditemukan di Menu – Font Info, kemudian isi data dan informasi secara hati-hati terkait font anda mulai dari penamaan font sampai semua data teknis yang ada. Terkait dengan Font header ini, lakukan juga pengaturan pada Tools – Option dan sesuaikan dengan jenis font apa yang sedang anda buat. Kesalahan pada sesi ini bisa berakibat proses rendering gagal menghasilkan font sebagaimana mestinya.

font info


Dari mana sumber inspirasi Bapak dalam merancang huruf?

Sumber inspirasi bisa datang dari mana saja. Bahkan pada saat inspirasi sulit datang, bisa distimulus dengan menuliskan sesuatu di kertas, dengan cara ini saya seringkali mendapatkan ide-ide yang menakjubkan dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya.


Adakah tokoh-tokoh yang menjadi influence bagi Bapak sebagai seorang type designer?

Sebelumnya saya tidak pernah peduli dengan siapa dibalik sebuah desain huruf. Namun ketika mengenal dunia type design saya melihat beberapa karya klasik Calligraphy latin yang konsisten seperti typeface family Zapfino, karya Prof. Hermann Zapf dan typeface Slimbach, karya Robert Slimbach. Untuk huruf latin modern pengaruh Adrian Frutiger, Akira Kobayashi dan Carl Cosgrove tidak bisa saya kesampingkan. Mereka adalah orang-orang yang berhasil mengawinkan bentuk-bentuk klasik ke dalam bentuk modern yang terbaca dengan sangat baik dan tentu saja nyaman di mata.


Adakah proyek yang ingin dikerjakan kedepannya? Bisa ceritakan sedikit tentang proyek tersebut?

Ada cukup banyak, namun saat ini saya berkonsentrasi menyelesaikan sebuah genre script yang umumnya kita kenal sebagai huruf bersambung. Ini sangat menantang karena penggunaan teknik kerning sangat minim bahkan cenderung tidak ada. Jarak antar huruf benar-benar mengandalkan akurasi matematis sehingga bisa besambung secara normal.

Untuk proyek seperti ini biasanya seorang desainer mempermudah koneksi antara huruf dengan menentukan kait pada satu tempat saja, misalnya pada huruf "a" kaitnya dari bawah untuk selanjutnya bersambung dengan huruf berikutnya. Namun pada proyek ini saya mensimulasi tulisan dengan membiarkan proses tulisan mengalir apa adanya sebagaimana orang menulis dengan cepat. Dengan cara ini kait-kait antar huruf bisa di atas dan bisa juga di bawah. Dalam kebiasaan saya misalnya mengaitkan huruf "b", "o" dari atas dan huruf lainnya dari bawah. Lalu bagaimana dengan huruf yang kait atas ketemu dengan kait bawah? Inilah tantangannya. Dalam rancangan apapun memang tidak mungkin memasukkan unsur gestur tulisan tangan pada setiap rancangan. Namun itu bisa disederhanakan dengan membatasinya pada pola tertentu seperti huruf "b" dan "o" tadi.

Pada proyek tulisan bersambung ini diputuskan menggunakan sangat banyak ligature dan feature kontekstual. Konsepnya adalah bagaimana style sebuah glyph tertentu jika berpasangan dengan glyph tertentu lainnya. Misalnya --- dalam konteks bahasa, --- kita dengan bahasa Indonesia sangat banyak memiliki kosakata yang menggunakan konsonan bahkan double konsonan yang memiliki ascender dan descender seperti "ll" pada kata Allah, "gj" pada kata Jogjakarta, "kh" pada kata kharisma. Pada rancangan huruf script, ini bisa menjadi peluang membentuk keindahan baru dalam sebuah rangkaian kata, atau malah bisa sebaliknya menjadi "malapetaka" visual jika tidak ditangani dengan baik.

AyshahPro


Adakah saran yang ingin dibagi kepada pembaca yang ingin menekuni bidang tipografi?

Saran buat type designer: Pertama, tingkatkan kualitas desain dengan memahami aspek-aspek paling penting dalam perancangan huruf utamanya readibility (terj bebas: mudah dibaca) dan legibility (terj. bebas mudah dikenali). Selain itu penggunaan tanda diacritic serta penguasaan struktur dan ukuran huruf tidak kalah pentingnya.

readability

Desain huruf "n" (kiri) muncul akibat logika ketebalan huruf sama di seluruh rangkaian stroke, sedangkan "n" (kanan), readibility ditingkatan dengan memberi aspek kaligrafi dimana ketebalan stroke tidak harus sama. Sebagai panduan umum, biasanya stroke horizontal dibuat lebih tipis dibanding stroke vertikal. Sedangkan stroke diagonal ke arah kanan atas lebih tipis dibanding stroke ke arah kanan bawah. Ini jika diasumsikan dengan kecenderungan orang menulis ke arah kanan.

legibility


Pada kasus legibility, huruf F di dalam typeface Brush Script, sangat sulit mngidentifikasi huruf F ini ketika berdiri sendiri (atas). Huruf F hanya bisa dikenali di dalam konteks kata atau kalimat (bawah)

Kedua, penguasaan software. Penguasaan software sangat mutlak untuk merealisasikan tuntutan inovasi desain moderen yang kadang rumit. Sebagaimana kita ketahui, kita mengenal setidaknya tiga format font terkenal yaitu TT( Truetype-microsoft yang dulunya dimiliki Mac), Type-1 atau T-1 (platform Mac) dan Opentype (bisa disemua platform). Ada cukup banyak software dipasaran yang bisa memproduksi huruf tersebut mulai dari produk open source (gratis) hingga yang harganya setara harga handphone. Artinya jika kita mampu membeli handphone, maka tidak ada alasan untuk menggunakan produk bajakan bukan? J Sejauh ini, untuk font outline editing, Fontlab masih yang terbaik, namun kinerja DTL Font master juga sangat bagus. Untuk proses hinting, meski bisa juga di Fontlab, namun saya menggunakan AFDKO (Adobe Font Development Kit for Opentype) ini software gratis dari Adobe namun pengoperasiannya menggunakan dos command. Software ini bahkan bisa me-render outline design di FL menjadi sebuah font opentype.

Fitur OpenType sebetulnya berangkat dari cara berpikir sederhana yaitu: mengganti satu atau beberapa pasangan glyph tertentu menjadi satu glyph alternatif. Bagi yang masih awam dengan fitur OpenType, sekilas script code python berikut ini bisa membantu :

 feature liga { # Standard Ligatures  
script latn; # Latin
language dflt;
lookup liga_fi {
sub f f i by f_f_i; # substitusi huruf f f i menjadi f_f_i
sub f i by f_i;
} liga_fi;
} liga;


Semoga ini bisa menjadi pelecut semangat untuk meningkatkan kemampuan desainer typeface di tanah air. Harapan saya tentu saja ingin melihat dunia type desain di Indonesia semakin tumbuh dan maju. Tolok ukurnya adalah semakin banyaknya desainer yang berminat menekuni bidang ini, sistem perlindungan Hak Kekayaan Intelektual semakin mudah dan transparan, serta --- dari sisi pragmatis --- tentu saja terjadinya pergeseran status di tanah air bahwa industri type design bisa menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.



Timesquare
Column Sans



Lihat karya Andi Aw Masry di link-link berikut :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar